19 September 2012
keberangkatanku ke Bali sendirian untuk pertama kalinya. benar-benar nekat karena KTP HILANG dan saat ada pemeriksaan di Pelabuhan Gilimanuk, aku pun ditegur oleh petugas KTP nya dan hampir saja ketinggalan bus yang aku tumpangi.
Gila memang, demi melampiaskan hasrat mbolangku, aku memakai uang yang harusnya tidak digunakan malah kugunakan bepergian. Ah ya sudahlah... aku akan berusaha mengumpulkan uang itu lagi.
Mendapat tempat duduk di sampung seorang teman yang berasal dari Madiun memang kelihatan medok sekali gaya bicaranya. Ku panggil mas dari tadi eh ternyata dia satu tahun di bawahku. Tidak terlalu asyik sih ngobrol dengan dia tapi setidaknya dia kelihatan baik.
Turun di Terminal Mengwi, aku sedikit ragu saat turun, tapi itu adalah terminal terakhir yang turun di Bali, karena bus ku akan melanjutkan perjalanan ke Mataram. Well, aku turun dan dipertemukan dengan seorang lelaki yang sampai detik ini saat aku menulis blog, aku tidak tahu namanya. Dia sungguh baik, terlalu baik malah. Dia membayar semua ongkos perjalananku dari mulai Terminal Mengwi sampai Kuta. Bahkan penginapanku seharga 120 ribu pun dia bayar tunai. luar biasaa....
terlalu baik sampai aku harus telepon ayu untuk meminta pertimbangan dia tentang lelaki asing ini.
Dengan lelaki ini aku bicara banyak hal tapi tetap dengan menyembunyikan identitasku. Aku kan harus tetap waspada meskipun sepertinya itu tidak jauh dengan curiga.
sudah dulu ah... capek juga nulis di bawah teriknya matahari di Pantai Kuta. Aku menanti sunset di Kuta.
keberangkatanku ke Bali sendirian untuk pertama kalinya. benar-benar nekat karena KTP HILANG dan saat ada pemeriksaan di Pelabuhan Gilimanuk, aku pun ditegur oleh petugas KTP nya dan hampir saja ketinggalan bus yang aku tumpangi.
Gila memang, demi melampiaskan hasrat mbolangku, aku memakai uang yang harusnya tidak digunakan malah kugunakan bepergian. Ah ya sudahlah... aku akan berusaha mengumpulkan uang itu lagi.
Mendapat tempat duduk di sampung seorang teman yang berasal dari Madiun memang kelihatan medok sekali gaya bicaranya. Ku panggil mas dari tadi eh ternyata dia satu tahun di bawahku. Tidak terlalu asyik sih ngobrol dengan dia tapi setidaknya dia kelihatan baik.
Turun di Terminal Mengwi, aku sedikit ragu saat turun, tapi itu adalah terminal terakhir yang turun di Bali, karena bus ku akan melanjutkan perjalanan ke Mataram. Well, aku turun dan dipertemukan dengan seorang lelaki yang sampai detik ini saat aku menulis blog, aku tidak tahu namanya. Dia sungguh baik, terlalu baik malah. Dia membayar semua ongkos perjalananku dari mulai Terminal Mengwi sampai Kuta. Bahkan penginapanku seharga 120 ribu pun dia bayar tunai. luar biasaa....
terlalu baik sampai aku harus telepon ayu untuk meminta pertimbangan dia tentang lelaki asing ini.
Dengan lelaki ini aku bicara banyak hal tapi tetap dengan menyembunyikan identitasku. Aku kan harus tetap waspada meskipun sepertinya itu tidak jauh dengan curiga.
sudah dulu ah... capek juga nulis di bawah teriknya matahari di Pantai Kuta. Aku menanti sunset di Kuta.